Assalamu'alaikum, Dwis.
Apa kabarmu hari ini?
Hari ini 14 Sept 2016, hari Rabu tepatnya. Untuk perhitungan Masehi, kau berulang tahun hari ini. Ulang tahun yang ke-25. Wow! Seperempat abad sudah. Tak terasa ya.
Seperti biasa, kau mengingat ulang tahunmu, tapi tak benar-benar ingin merayakannya. Biasanya kawan-kawan dekatmu lah yang membuatmu merayakannya, membawakan kue dihias lilin dan membuatmu tak bisa menolak tuk meniupnya. Kau yang sekarang memang labil dan tak tegas pada prinsipmu sendiri. Jauh di dasar hati, kau khawatir perayaan semacam itu tak sepatutnya dilakukan. Tapi untuk menghargai teman, kau tetap saja lakukan. Hanya pada beberapa orang saja kau berani menjelaskan.
Sebab itu, tahun ini kau memang berharap tak perlu ada yang ingat. Agar tak ada perayaan mubadzir yang justru membuatmu berhutang budi. Kau senang membuat kejutan, hadiah, atau hal-hal melankolis lain dalam mengingat ulang tahun kawanmu, tapi kau rikuh sendiri bila orang lain melakukannya padamu. Kau yang sekarang memang agak aneh... Shahaha...
Nah, apa yang kau pelajari di hari ulang tahunmu kali ini?
Kali ini kau melihat kawan yang sebenar-benar kawan. Kau tak berharap kawanmu merayakan hari di mana kau pertama menangis memasuki alam dunia, tapi kau tetap berharap kawan-kawan dekatmu sekadar ingat. Sebab menurutmu yang sekarang, itu hanya satu dari sekian indikator bahwa mereka benar-benar peduli padamu, karenanya mereka mepedulikan hal sesepele ulang tahunmu. Kali ini, kau tahu mana kawan yang memang mengingat hari spesialmu tanpa diingatkan oleh notifikasi sosial medianya, sebab kau telah mematikan dan menyembunyikannya tanggal kelahiran itu. Ya, akhirnya kau tahu kan, dari sekian banyak teman yang kau punya, hanya beberapa saja yang benar-benar bisa kau sebut SAHABAT.
Hari ini kau juga belajar bahwa sebenarnya kau memang menyukai hal-hal sederhana. Kau lebih bahagia tanpa kue mewah dan kejutan meriah melainkan karena camilan ringan yang tertata seperti kejutan sederhana ala Naniraa (Bujiz). Apa kau ingat sekarang? Apa kau masih tertawa-tawa seperti waktu itu ketika mengingatnya? Apa kau juga menangis haru namun kau tutupi dengan tawamu seperti saat itu saat mengenangnya? Aku yakin, setidaknya kau tersenyum-senyum sendiri saat membaca pesan ini.
Jadi pesanku kali ini, tetaplah dengan kesederhanaanmu. Segemilang apapun kau nantinya, tetaplah menyederhanakan alasan bahagia. Dan terhadap kawan baikmu, pandai-pandailah membahagiakan mereka, sebab mereka telah banyak membahagiakanmu.
_Salam cinta dariku yang masih belajar demi baikmu saat ini.
#pesandiri | Dwis Riyuka | Janti, 14 September 2016
0 komen pemBACA:
Posting Komentar
Komentari yang sudah diBACA yuk :)