Selasa, 28 Oktober 2014

(Kelak) aku seorang PENULIS

Tidak semua yang bisa menulis bisa disebut PENULIS.

Tidak semua yang bisa menulis bisa disebut seorang penulis. Benar kan? Adek keponakan saya yang baru berusia 7 tahun juga bisa menulis. Sedang rajin-rajinnya malah. Tapi dia BUKAN PENULIS. Teman saya aktif menulis status Facebook dan berkicau di Twitter. Tapi dia juga BUKAN PENULIS. Teman sekos saya sering praktikum dan otomatis wajib membuat laporan. Tapi lagi-lagi dia juga BUKAN PENULIS. Lalu PENULIS itu yang bagaimana?

Sabtu, 25 Oktober 2014

Usai Melepas Usia 22 (Part 1)

14 September 2014. Usiaku kini tidak lagi di angka kembar 22. Angka dua yang dibonceng berubah menjadi 3. Sejak tanggal ini, 23 tahun aku (padahal  I'm feeling 22 kayak di lagunya Tailor Swift). Dan seminggu kemudian usai melepas usia yang ke-22, aku mendapat kejutan di tanggal 22.

22 September 2014. Sejak tanggal itu tangan kanan ini terbalut kaku oleh gips merah. Sejak tanggal itu tangan kirilah yang melaksanakan segala titah. Awalnya memang tidak mudah, bahkan hingga sebulan berlalu, itu memang tidak mudah. Tidak mudah karena banyak dari apa yang dilakukan tangan kanan memang tak tergantikan. Tapi tidak mudah itu juga tidak berarti tidak bisa. Nyatanya sebulan ini bisa terlalui meski dengan bantuan sana sini.

Tangan kananku kaku diatas boneka temanku. Rasanya 'nyut-nyut' kala itu. Sampai ada teman yang berceletuk "Sakit mana patah tulang atau patah hati?" #MenjawabDalamHati 

Oh ya... Aku berkisah bukan untuk berkesah, aku hanya ingin menyampaikan potongan-potongan hikmah.