Enterpreneurship tengah marak diperbincangkan.
Bahkan sering menjadi topik di seminar-seminar lokal, regional, maupun
nasional. Berbagai bidang lain pun dikaitkan dengan kewirausahaan. Muncul
istilah-istilah seperti edupreneurship, technopreneurship, agropreneurship,
bluepreneurship, dan lain sebagainya. Agaknya bangsa ini tengah membangun jiwa
pengusaha, bukan lagi pekerja. Menumbuhkan jiwa berpikir kreatif daripada mengikuti
aturan semata. Kewirausahaan diharapkan dapat membangun kemandirian bangsa
terutama di bidang ekonomi, karena kewirausahaan tidak hanya berfokus pada
hasil namun juga proses. Sejatinya, enterpreneurship melatih kita untuk tidak
bergantung pada orang lain, tidak bergantung pada gaji atau tunjangan tapi
justru berusaha membuka lapangan usaha, tidak bergantung pada keadaan tapi
berusaha mengubah keadaan, tidak tergilas oleh era zaman tapi berusaha untuk
bertahan dan berkembang. Di sisi lain, mahasiswa merupakan para calon-calon
sarjana pengubah masa depan bangsa. Sarjana diharapkan dapat membawa perubahan
di banyak bidang. Namun fakta menunjukkan para lulusan sarjana banyak
terperangkap di zona aman. Berdasarkan hasil riset, sebesar 83.18 % lulusan
sarjana lebih berminat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan hanya 6.12% yang berminat
menjadi wirausahawan. Ketika ditanya mengapa ingin menjadi PNS, mayoritas
menjawab agar hari tua lebih terjamin. Prosentase minat lulusan sarjana
tersebut menunjukkan jiwa bergantung yang masih tinggi. Tidak heran jika jumlah
lulusan sarjana pengangguran meningkat. Mereka yang tidak lolos seleksi pegawai
negeri kelimpungan mencari lapangan pekerjaan, sedang mereka tidak banyak
pengetahuan, pengalaman, bahkan minat berwirausaha karena mengandalkan prospek
pegawai negeri yang menerima gaji setiap bulannya. Ahirnya banyak yang
menganggur atau berpekerjaan tidak tetap. Oleh karena itu, jiwa
enterpreneurship sangat perlu ditumbuhkan di kehidupan kampus. Ada tiga hal
yang dibutuhkan untuk mempersiapkan para mahasiswa menjadi sarjana dengan jiwa
enterpreneurship: mental building, knowledge input, dan habit.
Mental adalah hal krusial yang dibutuhkan dalam melakukan setiap hal. Tidak semua mahasiswa lahir dan tumbuh dengan mental berwirausaha. Oleh karena itu, pembentukan mental adalah hal mendasar yang diperlukan. Mental building dapat dilakukan dengan banyak cara. Salah satunya adalah dengan motivasi. Motivasi dapat dibangun dengan inspirasi-inspirasi dari tokoh-tokoh enterpreneur sukses. Namun motivasi terbesar adalah motivasi dari diri sendiri. Selain itu adalah dengan melalui pendidikan karakter. Mental building jiwa enterpreuner perlu ditanamkan melalui pendidikan, tidak harus melalui pendidikan formal namun bisa juga melalui non-formal.
Setelah mental mulai terbentuk, pengetahuan dan ilmu
tentang kewirausahaan. Melakukan hal tanpa ilmu adalah kesia-siaan. Dengan
dibekali ilmu selama di dunia kampus, kelak para sarjana dapat menjadi
enterpreneur yang tidak sembarangan dalam berwirausaha, namun telah memiliki
bekal ilmu tentang pengelolaan, pemasaran, kepemimpinan, dan hal-hal lain yang
dibutuhkan dalam berwirausaha. Knowledge
input diperoleh dari berbagai sumber, seperti diskusi, seminar, workshop
atau pelatihan, dan sebagainya. Yang terakhir namun tidak kalah penting adalah
pembiasaan atau habit. Seperti sebuah kutipan dari Jim Ryan, “Motivation is
what gets you started. Habit is what keeps you going”. Mental dan ilmu yang
dimiliki tidak akan maksimal tanpa adanya pembiasaan. Lingkungan kampus harus
dijadikan sarana melatih diri membiasakan berwirausaha.
0 komen pemBACA:
Posting Komentar
Komentari yang sudah diBACA yuk :)